Pesona Roti Orion Mampu Bertahan Sejak Zaman Belanda

SUMENEPTIMES, KEDIRI – Dalam gugusan pengetahuan kuliner Nusantara, keberadaan roti memang sangat melegenda, makanan ringan ini termasuk sajian istimewa zaman kolonial. Hanya aristokrat, tuan kulit putih, dan kaum berduit yang leluasa melahapnya.
Roti menjadi kawan ngeteh yang mentradisi di keluarga Eropa dan golongan darah biru. Beda dengan orang Jawa umumnya yang berkarib dengan kudapan putu, wajik,lemet dan lemper.
Penjajahan Belanda membuat bangsa Indonesia mengenal aneka roti. Di era kolonial itu pula mulai tumbuh berbagai toko roti. Produksi roti di toko-toko tersebut biasanya dilakukan secara tradisional di rumah penjualnya. Meski demikian, roti- roti “tempo doeloe” masih banyak penggemarnya hingga saat ini.
Seperti halnya pabrik roti Orion yang masih tetap bertahan menghadapi gempuran zaman, dan tetap menjaga kualitas rasa hingga saat ini. Pabrik roti ini berlokasi di Jalan Untung Suropati Gang buntu, berada di Kawasan Jalan Dhoho Kota Kediri Jawa Timur.
Pabrik yang berdiri sejak era kolonial ini, menempati bangunan seluas 600 m2 dengan arsitektur Belanda, pabrik roti ini didirikan sejak tahun 1940 oleh laki-laki keturunan Tionghoa, bernama Soebandi Hertanto (Tan Thwan Kwie).
Pabrik yang didirikan berdasarkan SK Nomor 8 tanggal 20 Februari 1940 ini dahulunya merupakan makanan kalangan elit Kediri pada masa itu. Saat itu pembuatan roti tidak menggunakan bahan-bahan kimiawi. Saat itu roti buatan pabrik ini dianggap paling enak dan teksturnya paling lembut.
“Kalau gak enak gak diberi izin oleh Belanda. Jadi rasa rotinya dicoba dulu oleh Belanda,” kata Hartono sembari memperlihatkan tanggal Surat Keputusan (SK) pendirian pabrik roti oleh Walikota Madya Kepala Daerah Tingkat II Kediri saat itu.
Menurut Hartono Prawono (Liem Hong Djien) mengatakan, roti Orion bertahan dalam ketatnya persaingan bisnis justru karena tetap mempertahankan semua aspek tradisionalitasnya, utamanya dalam citarasanya.

"Rotinya tidak sedikitpun melakukan inovasi citarasa yang menyesuaikan selera pasar sekarang. Citarasa roti ini tetaplah citarasa ketika awal-awal masa pendirian pabrik. Hanya saja, menambah variasi baru dalam isian dalam roti, seperti pisang coklat, kacang coklat, kacang hijau, enten-enten dan masih banyak lagi lainnya," tuturnya.
Menurut pengakuan Hartono, roti produksinya tidak menggunakan bahan-bahan kimiawi seperti bahan pengawet, pelembut dan pengembang. Oleh karena itu rotinya tidak bisa bertahan lama dan bertekstur agak keras bila dibandingkan dengan roti buatan pengusaha bakery sekarang ini.
“Justru karena mempertahankan resep tradisional ini, roti buatan kami tetap bertahan dan masyarakat Kediri menyukainya hingga saat ini. Justru lakunya di situ," kata Hartono.
Sebanyak 10 orang yang dipekerjakan di pabrik roti ini untuk menghasilkan kapasitas produksi sebesar 75-100 kg tepung. Uniknya ke-10 orang pekerjanya merupakan keturunan dari pekerja di jaman awal-awal berdirinya pabrik ini.
“Dahulu karyawan menitipkan anaknya bekerja di sini. Dari titip menitip itulah karyawan yang sekarang ini merupakan keturunan karyawan yang dahulu,” ucap Hartono.
Aspek tradisional pabrik roti ini tidak hanya dalam citarasa. Proses produksinya masih menggunakan cara-cara tradisional. Hingga sekarang pabrik roti ini masih menggunakan mixer (pengaduk) jaman Belanda yang saat itu dibeli pendirinya dari Jerman.
Untuk pengovenan masih mempertahankan oven jaman dahulu dengan menggunakan pembakaran kayu. Ada dua buah oven yang dibuat dari bangunan tembok setinggi 4 meter dengan kapasitas produksi 300 roti sekali panggang.
Pabrik roti Orion merupakan usaha keluarga turun temurun dari Soebandi Hertanto (Tan Thwan Kwie), dan kemudian diteruskan oleh generasi kedua Sugeng Prawono (Liem yan khing) dan saat ini dipegang generasi ketiga yakni Hartono Prawono (Liem Hong djien).
Menggunakan label “Orion” karena nama ini diambil oleh pendirinya dari rasi bintang orion. Saat itu pendirinya melihat rasi bintang orion. Oleh karena itu logo yang digunakan pada saat itu menggunakan bintang. Kini logo bintang sudah tidak digunakan lagi, diubah dengan jempol. “Ini logo yang digunakan zaman dulu,” kata Hartono sembari memperlihatkan brosur pada zaman dahulu yang kini telah dilaminating.
Pabrik roti Orion memasarkan produknya masih menggunakan pola pemasaran tradisional dengan menggunakan rombong becak yang disediakan untuk para pedagang.
Sistem yang diterapkan dengan para pedagang itu adalah jual-setor. Tidak ada display sebagai sarana penjualan ataupun promosi. Hanya ada satu toko kecil yang buka setelah pabrik selesai berproduksi, itupun milik mantan karyawannya yang kini membuka usaha sendiri.
Saat ini Roti Orion yang telah berumur 79 tahun , telah menjelma menjadi roti legenda bagi masyarakat Kediri dan diburu warga luar kota. Roti orion menjadi salah satu panganan oleh-oleh warga luar kota yang kebanyakan berasal dari Kediri.
-
Dikabarkan Erupsi, Gunung Bromo Dipastikan Aman Bagi Wisatawan
Sempat dikabarkan mengalami erupsi yang di luar kewajaran, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) menampik adanya informasi terkait status gunung Bromo yang naik menjadi siaga.
-
Panas, Dugaan Politisasi PKH Kembali Terjadi, Caleg Gunakan Pendamping Jadi "Timses"
Dugaan politisasi program keluarga harapan (PKH) terjadi di wilayah Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung.
-
Pemkab Temui Kemenpan, Bahas Gaji 113 P3K Tulungagung
Meski pendaftaran honorer kategori 2 (K2) menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (P3K) sudah dibuka oleh Pemkab Tulungagung, nyatanya rekrutmen P3K masih mengalami berbagai kendala.
-
Meresahkan Warga, TPS Disulam Menjadi Taman Kota
Pemkot akan menyulap lahan sekitar Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) Kedopok, Kota Probolinggo, menjadi taman kota.
-
Terkait Kasus Pencabulan SDN Kauman 3, Kadisdik: Saya Minta Maaf
Kemarin (17/2), ratusan elemen masyarakat yang mengatasnamakan Aliansi Masyarakat Tolak Kekerasan Seksual menggelar aksi di Dinas Pendidikan Kota Malang.
-
Unik, Lapas Banyuwangi Musnahkan HP Rampasan ke Dalam Aquarium
Lapas Banyuwangi memiliki cara tersendiri untuk memusnahkan telepon genggam atau HP rampasan dari warga binaan.
-
Wisata Desa di Kota Batu Ini Layak Dicoba, Disiapkan Pasar Tempo Dulu yang Transaksinya Pakai Mata Uang Sen
Wisata desa di Kota Batu terus berkembang dan berusaha menyuguhkan kreativitas-kreativitas baru.
-
Optimalkan Pendidikan Karakter, DPRD Kabupaten Blitar Akan Buat Perda
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Blitar, segera mengusulkan Perda Tentang Pendidikan Karakter. Kurikulum pendidikan karakter sejatinya sudah diterapkan di Kabupaten Blitar sejak tahun lalu melalui Perbup.
-
Ibu Nyai se Tapal Kuda Deklarasi Dukung Jokowi-Ma’ruf Amin
Ibu Nyai se Tapal Kuda melakukan deklarasi dukung calon Presiden dan wakil Presiden nomor urut 01 Jokowi-KH. Ma’ruf Amin, Selasa (19/2/2019). Deklarasi yang berlangsung di Gedung Serbaguna di Jalan PB.
-
Wali Kota Kediri Tegaskan, Musrenbag Harus Sesuai RPJMD dan Pembangunan yang Sustainable
Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengingatkan agar Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) harus sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Kediri.
-
Percepat Pelayanan, Dispendukcapil Pemkab Blitar Gelar Rakor
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Kabupaten Blitar gelar rapat koordinasi dengan aparat kecamatan, desa dan kelurahan se Kabupaten Blitar, Senin (18/2/2019).
-
12 Ribu Warga Kota Probolinggo Belum Punya KTP Elektronik
Dipastikan, pada pemilu 17 April nanti, ada 12 ribu warga Kota Probolinggo yang tidak nyoblos.
Informasi pemasangan iklan
hubungi : info[at]sumeneptimes.com | marketing[at]sumeneptimes.com